LINTASIANA

↑ ,

Hari Buruh: Kapankah Buruh Sejahtera


1 Mei memang selalu jadi momentum menarik untuk menghadirkan buruh di kancah jagad perekonomian kita. Walau sebenarnya menjadi buruh bukan profesi yang dapat dibanggakan. Kehidupannya terletak di sudut rumah petak yang biasanya kumuh dan kusam. Sumbangan tenaganya seakan tak diperhitungkan atau memang sengaja tak di hitung.
Menjadi buruh biasanya bukan pilihan,biasanya pilihan akhir karena keterpaksaan terutama jadi buruh kasar semacam buruh bangunan, lihatlah tidak sedikit buruh punya pendidikan yang baik tapi karena satu dan lain hal kecakapannya tidak tertampung sektor formal yang kondisinya jauh lebih baik pastinya.
Lihatlah pendapatan buruh hari ini dengan UMR atau UMK yang dibuat oleh badan pengupahan belum sanggup mengangkat derajat buruk dari kemiskinan. Penetapan besaran UMR juga bukan berdasarkan kebutuhan hidup layak buruk beserta istri dan anak-anaknya tetapi berdasarkan minimal kebutuhan sitenaga kerja saja kalau sudah begini bagaimana caranya siburuh menutupi kebutuhan keluarganya?
Kalau sudah begini bagaimana mengharapkan buruh dapat hidup layak, makan makanan bergizi dan menyekolahkan anaknya dengan baik demi menyukseskan wajib belajar? Makan aja susah gimana mau menyekolahkan anak?
Terlebih dengan adanya kenaikan harga BBM yang hampir pasti juga menarik gerbong kenaikan harga kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya kenaikan harga kemampuan beli juga semakin rendah. Ingat buruh memberi kontribusi cukup besar pada tingkat konsumsi negeri ini. Jika semakin kecil daya beli buruh pastinya akan mempengaruhi daya beli nasional.
Memang kita sekarang perlu satu visi untuk memajukan negeri ini. Di pemerintahan buatlah kebijakan yang pro rakyat karena dengan kebijakan pro rakyat semua bidang akan bergerak dengan kemampuan maksimal. Lihatlah ke desa , jangan hanya mencari suara baru turun desa. Kesulitan apa yang di hadapi misalnya ketika akan turun sawah sudah dihadapi naiknya harga bibit, pupuk, solar yang menjadi sumber tenaga traktornya, tetapi begitu panen harga gabahpun jatuh alhasil petanipun merugi. Lah kalau sudah rugi bisa kapok menanam padi lagi kalau langkah ini diikuti jutaan petani bisa kelaparan bangsa kita. Pak pejabat pertanian jadi petani itu sungguh sakit seperti tak ada yang peduli. Jika datang aparat berwenang biasanya ada pamrihnya minimal agar ada laporan ke atasannya jadi tak ada yang ikhlas membantu.
Kembali ke masalah buruh tadi, negara ini merdeka diperjuangkan dengan keringat , darah , nyawa dan airmata dari petani buuh tani tadi sudah masih juga tertindas juga jadi dimana letak merdekanya. Justru yang merdeka se merdeka-merdekanya malah koruptor yang dengan rakusnya merampok uang negara, menyelewengkan uang pajak yang terpaksa banyak dikeluarkan karena salah urusnya negeri ini. Marilah pengusaha melihat buruh sebagai manusia yang butuh kebutuhan yang sama seperti dirinya bukan hanya melihat buruh sebagai sumber daya. Ingatlah buruh maju bangsa jaya.
Tetapi kaum buruh juga punya kewajiban yang harus dipenuhi. Jangan hanya demo menuntut aspirasi yang seringkali melupakan kewajiban. Kedisiplinan , keterampilan yang rendah serta sikap bermalasan sering merugikan perusahaan. Sebenarnya masih banyak perusahaan yang baik dan taat asas.
Akhirnya marilah bergandeng tangan bersama membangun bangsa. Sebagai petani marilah bekerja giat untuk hasil maksimal, kaum buruh bekerja giatlah dan berdisiplin tinggi dan tingkatkan keterampilan untuk menghasil produk berkualitas tinggi yang laku dipasaran. Untuk pengusaha bukalah rasa memanusiakan buruh jangan hanya memikirkan laba saja.
Pemerintah sebagai pengawas buatlah kebijakan adil yang pro rakyat demi membuat buruh sejahterah , buatlah iklim usaha kondusif agar produk yang dipasarkan industri cepat terserap pasar, pakai produk dalam negeri.








0 komentar:

Posting Komentar