LINTASIANA

↑ ,

Bencana Mengelilingi Negeri


Awal tahun 2014 ini negeri ini dikejutkan dengan bencana yang melanda di berbagai pelosok daerah. Belum berhenti erupsi gunung Sinabung di Kabupaten Karo Sumatera Utara, gunung lokon di Sulawesi Utara ikut meletus. Menyusul lagi banjir yang menggenangi sebagian Jakarta yang sempat mengganggu roda perekonomian. Banjir juga melanda kota Manado Sulawesi Utara yang meluluh lantakan kota tersebut. Banjir juga melanda Wajo Sulawesi Selatan, Jawa Tengah , Jawa Barat , Kalimantan juga kebagian kedatangan tamu dingin ini. Apakah yang sebenarnya terjadi?

Bencana datang bertubi-tubi melanda negeri. Seolah seantero nusantara pamer bencana. Belum lagi bencana teratasi muncul lagi kecelakaan lalu lintas, pesawat udara jatuh, kapal laut juga ikut-ikutan tenggelam.

Seharusnya kita harus koreksi diri dengan teguran dari Tuhan ini. Ini bukan hanya kebetulan terjadi. Lihatlah sekeliling kita mengapa ini bisa terjadi. Kita prihatin dengan keadaan ini semua ini bermula dari kurangnya kesadaran kita. Menurunnya akhlak kita, ego manusia yang kelewat batas menjadi penyebabnya. Rasa malu yan mulai pupus juga menjadi penyebabnya.

Perasaan ingin memiliki manusia menyebabkan nafsu berlebihan yang mengakibatkan pengrusakan bumi . Ingin kaya melakukan apapun untuk mendapatkannya. Hutan-hutan di babat habis menyebabkan hutan gundul. Gunung-gunung menjadi gundul dan jika turun hujan sungai meluap banjir pun melanda, karena hutannya gundul tanah longsorpun melanda, korbannya rakyat jelata disekelilingi area kritis ini. Sedangkan pembabat hutan hidup enak yang tanpa perasaan menghamburkan uang. Siapakah pelakunya? Jawabnya pengusaha kaya dan aparat serta pejabat yang membekingnya. Mungkinkah pembabatan hutan yang dilakukan pengusaha sebanyak ribuan hektar aparat sekitar tidak tahu? Jawabnya mungkin jika mereka buta atau mungkin idiot. Mungkin juga pelakunya orang-orang terhormat yang pandai cuci tangan.

Negeri ini memang sedang dilanda krisis moral yang parah. Lihatlah para pejabatnya berlomba-lomba mengumbar kejahatan. Korupsi, korupsi dan korupsi tanpa ampun. Bahkan dana bantuan bencana alam juga di selewengkan. Sementara korban bencana menanti bantuan malah di jadikan objek mendapatkan kekayaan. Memang sungguh biadab kelakuan manusia ini pantaslah jika di limpahkan azab. Yang ironisnya pelakunya dengan bangga memamerkan kekayaan hasil manipulasinya dan korupsi . Tanpa peduli kerusakan dan kesusahan yang timbul karena perbuatannya. Bagaimana Tuhan tidak marah? Kita selalu bangga membuat kerusakan di bumi ini.

Hakikatnya jika kita menyakiti makhluk berarti kita menyakiti penciptanya. Menghina makhluk juga berarti menghina penciptanya yaitu Allah Swt. Maka tidak heran Tuhan marah dan menjatuhkan bencana.

Lihatlah kemaksiatan merajalela dimana-mana. Kemaksiatan inilah yang mengundang bencana. Judi makin merajalela tanpa pernah ada niat serius menghentikannya , malah di beckingi bagaimana ini terjadi bukankah ini dosa besar. . Pelacuran dan prostitusi makin merajalela. Seolah telah menjadi tradisi buruk untuk menyuap pejabat dengan daun muda demi meloloskan proyek padahal sang pejabat sudah tua ya sudah bau tanah yang seharusnya sudah bertobat, tidak jarang juga berselingkuh dengan istri orang demi mengumbar nafsu padahal jika berselingkuh dengan istri orang dosanya sangatlah besar. Korupsi juga menjadi tradisi biadab pejabat kita. Dalam pelaksanaan rekrutmen pegawai menjadi sarang korupsi, dalam pengadaan barang dan jasa merupakan sarang korupsi yang memark up harga, dalam mendapatkan jabatan harus setor wani piro. Yang lebih menyayat kalbu dana bantuan bencana dan beribadah juga dikorupsi. Bumi pun kan marah, Allah pun murka.

Sudah tiba waktunya kita memperbaiki keadaan ini. Agar keadaan menjadi baik. Kita mengharapkan pemerintah serius memperbaiki keadaan ini. Serius memberantas korupsi agar kebocoran uang rakyat dapat dicegah. Pemerintah hendaknya menutup pabrik minuman keras karena mengakibatkan kekacauan dan pemborosan di masyarakat. Berantas dan tutuplah judi demi harmoninya tatanan masyarakat. Hentikan glamouris yang membanggakan kemewahan dan menyakiti hati rakyat. Tanamkan budaya jujur dari atas dari pejabat-pejabat dan elit politik karena biasnya akan lebih baik. Pedulilah dengan rakyat miskin dan anak yatim. Perhatikan nasib rakyat yang hidup di daerah kumuh , bantaran sungai dan pinggir rel serta daerah terpencil karena mereka berhak menikmati hasil pembangunan karena mereka masih rakyat Indonesia. Budayakanlah pemakaian produk dalam negeri dimulai dari pejabat dan elit politik juga sehingga dapat melaksanakan hidup sederhana dan menggerakan ekonomi rakyat. KPK juga harus lebih gencar karena pejabat kita akan mustahil bisa hidup mewah jika hanya berasal dari gajinya. Semoga di masa akan datang negeri ini akan menjadi negara yang maju dan berakhlak. Amin.









0 komentar:

Posting Komentar